BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dari
segi bahasa psikologi berasal dari: Pysche yang diartikan sebagi jiwa dan Logos
yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Karena itu psikologi sering diartikan
dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau disingkat dengan ilmu jiwa (Bimo,
2001)
Setiap
individu (wanita) adalah unik dengan bakat dan potensinya masing-masing.
Individu adalah hasil interaksi dari nature dan nurture, menjadi dengan caranya
masing-masing. Lingkungan yang bijak akan mendukung kemungkinan seseorang untuk
menjadi walau tidak mutlak menjamin.
Wanita
memiliki intuisi yang lebih tajam daripada pria. Intuisi adalah kemampuan untuk
ikut merasakan segala sesuatu yang tengah dialami oleh orang lain atau
merasakan suatu peristiwa di luar dirinya
sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan
sebagai pengalaman sendiri. Ketajaman intuisi ini bergantung pada
ketajaman emosional seseorang yang didasari oleh penghayatan
batiniah, kemampuan mawas diri, dan relasi psikis dengan subjek yang
diminati.
sebagai hasil dari satu proses yang tidak disadari, dirasakan
sebagai pengalaman sendiri. Ketajaman intuisi ini bergantung pada
ketajaman emosional seseorang yang didasari oleh penghayatan
batiniah, kemampuan mawas diri, dan relasi psikis dengan subjek yang
diminati.
Menurut
Prof. Heymans, perbedaan wanita dan pria terletak pada sifat sekundaritas,
emosionalitas, dan aktivitas dari fungsi kejiwaan.
Nilai perasaan dari pengalamannya jauh lebih lama mempengaruhi
struktur kepribadiannya. Olah emosi yang kuat menjadikan wanita
lebih tabah, mudah tegang-cemas, berani, dan keras.
Nilai perasaan dari pengalamannya jauh lebih lama mempengaruhi
struktur kepribadiannya. Olah emosi yang kuat menjadikan wanita
lebih tabah, mudah tegang-cemas, berani, dan keras.
BAB II
ISI
A.
Proses Adaptasi Psikologis pada Wanita Dewasa
1.
Adolensensi (± 17-19/21 tahun)
Pada masa adolensi remaja mulai
menenemukan nilai-nilai hidup baru, sehingga semakin jelaslah pemahaman tentan
keadaan diri sendiri. Ia mulai bersikap kritis terhadap kritis terhadap
obyek-obyek di luar dirinya; dan ia mampu mengambil sintese antara dunia luar
dan dunia internal. Secara obyektif dan aktif ia melibatkan diri dengan kegiatan
dunia luar, sambil mencoba “mendidik” dirinya sendiri. Pada fase perkembangan
ini dibangun dasar-dasar yang definitif (esensial, menentukan) bagi pembentukan
kepribadiannya.
Pada usia ini yang sangat dibutuhkan
oleh remaja ialah: adanya pendidikan dari orang tua yang berkepribadian
sederhana serta jujur, yang tidak terlampau banyak menuntut kepada anak
didiknya; dan membiarkannya tumbuh serta berkembang sesuai dengan irama
perkembangan dan kodratnya sendiri. Yang penting saat ini ialah: membiarkan remaja
(anak gadis):
a. Menghayati pengalaman-pengalaman itu
sendiri
b. Remaja mampu menemukan arti dan
nilai-nilai tertentu untuk menetapkan sikap dan tujuan hidup sendiri.
Narsistik
pada adolensensi sifatnya seringkali “banyak menuntut”. Narsistik juga anak
gadis sangat sensitif terhadap kekecewaan-kekecewaan, dan mudah menggugah harga
diri berlebihan yang pada umumnya kurang/tidak tahan terhadap kritik-kritik
betapapun kecilnya, khususnya kritik yang dilancarkan oleh orang tua dan
saudara-saudaranya.
Disamping
itu karena kurang pengalaman, dan remaja terlampau besar menilai
penghayatan-penghayatan emosional, maka mudah mengorbankan segala sesautunya
untukorang yang dicintai. Sedang pada kenyataannya obyek cinta tersebut tidak
amat stabil, dan sangat mudah berganti-ganti. Makas isfat “mudah jatuh cinta”
dan “mudah berganti pacar” lebih sering terjadi pada anak gadis dari pada
laki-laki. Sehingga keinginan untuk dicintai oleh banyak pemuda dan
kecenderungan untuk mematahkan hati banyak laki-laki merupakan ciri karakteristik
gadis adolensensi.
Observasi
Intensif ke dalam diri sendiri, yang juga menjadi ciri khas pada masa
adolensensi pada umumnya lebih kuat dan lebih lama berlangsung pada anak gadis dari pada anak laki-laki. Oleh
karena itu kegiatan untuk selalu sibuk dengan diri sendiri secara intensif itu
akan berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan wanita. Faktor ini pulalah
yang menjadi sebab dan timbulnya dua ciri khas wanita yaitu:
a. Intuisi yang halus dan tajam
b. Subjektifitas yang lebih besar dalam
memasak dan menilai semua proses hidup.
2.
Dewasa Awal
Dewasa
awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan
pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat
sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental age-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan
bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari
ketergantungan ke masa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan
diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa
dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan
mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi
lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi
untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima.
Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal
adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio
dalam menyelesaikan suatu masalah.
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah
puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa
beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini,
penentuan relasi sangat memegang peranan penting.
Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers &
Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun
suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul
tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok
sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa
permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan
jenisnya.
Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa
dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan
memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
Hasil
Penelitian Psikologi Dewasa Awal
Hasil penelitian
dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan perkembangan
intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal, dan pengoptimalan
perkembangan dewasa awal serta perilaku penghayatan keagamaan. Beberapa hasil
penelitian, diantaranya:
a.
Persepsi seks maya pada
dewasa awal
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif
terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya
timur, dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam
bersikap dan berperilaku. Menurut Ida Ayu dari Fakultas Psikologi, Universitas
Gunadarma) pada jurnal “Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Dewasa Awal” Fakultas Psikologi,
Universitas Gunadarma) kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup
dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa
disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang
terhadap berbagai macam hal.
b. Penundaan
usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan
Dari jurnal “Hubungan
Sikap Terhadap Penundaan Perkawinan Dengan Intensi Penundaan Usia Perkawinan” oleh
Elok Halimatus Sa`diyah, dosen Fakultas Psikologi UIN
Malang didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap
terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal ini
berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan
akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu
lebih banyak bagi mereka untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu
yang matang secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
c. Kesiapan
Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja
Dalam jurnal ”Kesiapan
Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja” oleh Ika Sari Dewi pada
tahun 2006, adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung
perceraian merupakan hal atau kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang
kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan
di media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena
biasa. Salah satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk menunda
pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional dengan
pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja termanifestasi
dengan adanya ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang
kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan pasangannya kelak. Selain
kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang merasa memiliki
kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal Diabetes Militus) cenderung
ragu melangkah menuju jenjang pernikahan.
Untuk mengetahui
apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan:
1)
Memiliki
kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
2)
Memiliki kemampuan
untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
3)
Bersedia dan
mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan seksual.
4)
Bersedia
untuk membina hubungan seksual yang intim.
5)
Memiliki
kelembutan dan kasih saying kepada orang lain.
6)
Sensitif
terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
7)
Dapat
berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
8)
Bersedia
berbagi rencana dengan orang lain.
9)
Bersedia
menerima keterbatasan orang lain.
10)
Memiliki
kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
ekonomi.
11)
Bersedia
menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.
Individu yang memiliki
kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah yang lebih baik, artinya mereka
mampu mengatasi perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah memasuki
pernikahan.
d. Kemandirian
Dewasa Awal
Adapun dalam jurnal
yang berjudul “Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari Kesadaran
Gender” Oleh Hirmaningsih, S.Psi. ini, membuktikan
bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima anak laki-laki dan perempuan
sejak lahir akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Semakin tinggi kesadaran
gender maka semakin tinggi kemandirian manusia tersebut. Dengan makin tingginya
kesadaran gender yang dimiliki seorang pria tentang konsep mandiri dibandingkan
dengan wanita yang tidak memiliki kesadaran gender atau memiliki kesadaran
gender yang rendah. Wanita yang memiliki kemandirian tinggi akan lebih mudah
menghadapi kehidupan, tantangan yang dihadapinya, serta menjalin hubungan yang
mantap dalam kehidupan sosialnya.
B.
Gangguan Psikologis
1.
Gangguan Psikologis pada Masa Reproduksi
(Menstruasi)
Menurut
Kartini (1995), peristiwa paling penting pada masa pubertas anak gadis adalah
gejala menstruasi atau haid, yang menjadi pertanda biologis dari kematangan
seksual. Timbullah kini bermacam-macam peristiwa, yaitu: reaksi hormonal,
reaksi biologis dan reaksi psikis; proses-proses somatis (jasmaniah lawan
rokhaniah) atau psikis yang berlangsung secara siklis, dan terjadi pengulangan
secara periodik peristiwa menstruasi. Semua ini bisa berproses dalam suasana
hati yang normal pada anak gadis. Tetapi kadang kala juga bisa berjalan tidak
lancar atau tidak normal (oleh banyak hambatan), dan bisa menimbulkan
macam-macam masalh psikosomatis (penyimpangan-penyimangan dan gangguan psikis yang
menimbulkan gangguan pada kesehatan jasmaniah).
Fase
tibanya haid ini merupakan satu periode dimana benar-benar telah siap secara
biologis menjalani fungsi kewanitaan. Maka pada saat adolensensi, peristiwa
haid menduduki satu eksistensi psikologis yang unik yang bisa mempengaruhi
sekali cara mereaksinya anak gadis terhadap realitas hidup, baik pada masa
adolensensi maupun saat ia menjadi dewasa. Semua rahasia yang menyelubungi
ibunya dan bersangkutan dengan masalah haid dimasa masa lalu, kini benar-benar
menjadi satu realitas bagi dirinya sendiri. Dan diterimanya masa kematangan
seksual dini dengan rasa senang dan bangga, sebab dia sudah “dewasa” secara
biologis.
Namun
semakin muda usia si gadis, dan semakin ia belum siap menerima peristiwa haid,
akan semakin terasa: “kejam mengancam” pengalaman menstruasi tersebut. Yaitu
terasa pahit menyebalkan sebagai gangguan, atau sebagai reaksi kejutan (shock
reaction) dalam anggapan dan fantasi anak gadis.
Dari
perasaan negatif tersebut, mungkin akan timbul pula perasaan sangat lemah
karena merasa kehilangan banyak darah, atau merasa sakit-sakitan, sehingga
tidak berani keluar dari rumah. Semua ini mula-mula produk dari gambaran
khayal, yang kemudian dikembangkan menjadi satu mekanisme otosugestif. Untuk
selanjutnya, saat-saat menstruasi tersebut senantiasa dipakai sebagai alasan
agar ia dibebaskan dari tugas-tugas tertentu, atau dipakai untuk menhindari
kewajiban-kewajiban tertentu.
2.
Gangguan Psikologis pada Masa Perkawinan
a.
Pola baru dalam tingkah laku seksual antara lain:
1)
Term marriage
Term
marriage atau perkawinan periodik yaitu dengan
merencanakan suatu tahap kontrak pertama selama 3-5 tahun sedang tahap kedua
ditempuh dalam jangka 10 tahun. Perpanjangan kontrak bisa dilakukan untuk
mencapai tahap ketiga yang memberikan hak kepada kedua partner untuk saling
memiliki secara permanen.
2)
Trial marriage
Trial
marriage atau kawin percobaan dengan ide
melandaskan argumentasinya pada pertimbangan sebagai berikut: jangan hendaknya
dua orang saling melibatkan diri dalam satu relasi sangat intim dan kompleks
dalam bentuk ikatan perkawinan itu tidak mencobanya terlebih dahulu, selama
satu periode tertentu umpamanya saja selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Jika dalam periode yang ditentukan kedua belah pihak saling bersesuaian,
barulah dilaksanakan ikatan perkawinan yang permanen.
3)
Companionate marriage
Companionate
marriage, pola perkawinan ini menganjurkan
dilaksanakan perkawinan tanpa anak, dengan melegalisasi keluarga berencana atau
pengendalian kelahiran juga melegalisasi perceraian atas dasar persetujuan
bersama.
b.
Kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian perkawinan
antara lain:
1) Persiapan yang terbatas untuk perkawinan
Walaupun dalam
kenyataan sekarang, penyesuaian seksual lebih mudah ketimbang pada masa lalu,
karena banyak informasi tentang seks yang tersedia baik di rumah, di sekolah,
di universitas, serta tempat-tempat yang lain. Kebanyakan pasangan suami istri
hanya menerima sedikit persiapan dibidang ketrampilan domestik, mengasuk anak,
dan manajemen umum.
2) Peran dalam perkawinan
Kecenderungan terhadap
perubahan peran dalam perkawinan bagi pria dan wanita, dan konsep yang berbeda
tentang peran ini yang dianut kelas sosial dan sekelompok religius yang berbeda
membuat penyesuaian dalam perkawinan semakin sulit sekarang daripada dimasa
lalu ketika peran masih begitu ketat dianut.
3) Kawin muda
Perkawinan dan
kedudukan sebagai orang muda menyelesaikan pendidikan mereka dan secara
ekonomis independent membuat mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai
pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman yang tidak kawin atau orang-orang
yang telah mandiri sebelum kawin. Hal ini mengakibatkan sikap iri ahti dan
menjadi halangan penyesuaian perkawinan.
4) Konsep yang tidak realistis dalam
perkawinan
Orang dewasa ang
bekerja di sekolah dan perguruan tinggi, dengan sedikit / tanpa pengalaman
kerja, cenderung mempunyai konsep yang tidak realistis tentang makna perkawinan
berkenaan dengan pekerjaan, deprivasi, pembelanjaan uang atau perubahan dalam
pola hidup. Pendekatan yang tidak realistis ini menuju ke arah kesulitan
penyesuaian yang serius yang sering diakhiri dengan perceraian.
5) Perkawinan campur
Penyesuaian terhadap
kedudukan sebagai orang tua dan dengan para saudara dari pihak istri dab
sebaliknya jauh lebih sulit dalam perkawinan antar agama dari pada bila
keduanya berasala dari latar belakang budaya yang sama.
6) Pacaran yang dipersingkat
Periode atau masa
pacaran lebih singkat sekarang ketimbang masa dulu, dan karena itu pasangan
hanya punya sedikit waktu untuk memecahkan banyak masalah tentang penyesuaian
sebelum mereka melangsungkan perkawinan.
7) Konsep perkawinan yang romantis
Banyak orang dewasa
yang mempunyai konsep perkawinan yang romantis yang berkembang pada masa
remaja. Harapan yang berlebihan tentang tujuan dan hasil perkawinan sering membawa
kekecewaan yang menambah kesulitan penyesuaian terhadap tugas dan tanggung
jawab perkawinan.
8) Kurangnya identitas
Apabila seseorang
merasa bahwa keluarga, teman dan rekannya memperlakukannya sebagai “suami Jane”
atau apabila wanita merasa bahwa kelompok sosial menganggap dirinya hanya
sebagai “ibu rumah tangga”, walaupun ia seorang wanita karir yang berhasil, ia
bisa saja kehilangan identitas diri sebagai individu yang sangat dijunjung dan
dinilai tinggi sebelum perkawinan.
3.
Gangguan Psikologi pada Masa Reproduksi (Kehamilan)
a.
Hamil yang tidak dikehendaki/diharapkan
1) Kalangan remaja
Kehamilan yang tidak
direncanakan sebelumnya bisa merampas “kenikmatan” masa remaja yang seharusnya
dinikmati oleh setiap remaja lelaki maupun perempuan. Walaupun kehamilan itu
sendiri dirasakan langsung oleh perempuan, tetapi remaja pria juga akan
merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab. Ada dua hal yang bisa
dilakukan remaja jika mengalami KTD:
a) Mempertahankan Kehamilan
Bila kehamilan
dipertahankan resiko psikis yang timbul yaitu ada kemungkinan pihak perempuan
menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mau
bertanggung jawab. Kalau mereka menikah,hal ini juga bisa mengakibatkan
perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap
memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
b) Mengakhiri kehamilan (aborsi)
Bila kehamilan diakhiri
dengan (aborsi) bisa mengakibatkan dampak negatif. Secara psikis pelaku aborsi
seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan atau stress,
terutama mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah
atau dosa akibat aborsi.
2) Wanita dewasa/ Ibu yang sudah menikah
Seorang ibu yang tidak
menghendaki kehadiran anak disebabkan karena mereka merasa akan mengganggu karirnya,
karena membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat
anak-anak yang lain. Selain itu mereka merasa tak dapat membagi waktu antara
kesibukan pekerjaan dengan merawat anak. Penyebab terjadinya KDT pada wanita /
ibu yang telah menikah antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi yang
dipakai.
b.
Hamil dengan janin mati
Ibu dari bayi yang
meninggal pada periode perinatal mengalami penderitaan. Selama kehamilan mereka
telah memulai untuk mengenali dan merasa dekat dengan janinnya. Ibu yang
mengalami proses kehilangan/kematian janin dalam kandungan akan merasa
kehilangan. Pada proses berduka ibu memperlihatkan perilaku yang khas dan
merasakan emosional tertentu. Hal ini dikelompokan ke dalam berbagai tahapan,
meliputi:
1) Syok dan menyangkal
2) Marah dan bargaining
3) Disorientasi dan depresi
4) Reorganisasi dan penerimaan
c.
Hamil dengan ketergantungan obat
Pemakaian obat-obatan
oleh wanita hamil dapat menyebabkan masalah baik pada ibu maupun janinnya.
Janin akan mengalami cacat fisik, dan emosional. Wanita hamil dengan
ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat dan mencoba sebisa
mungkin untuk menghindari zat-zat berbahaya yang mungkin membahayakan
perkembangan bayinya. Banyak kebingungan dan kegelisahan tentang apa yang
menyebabkan bayi cacat karena pengaruh obat-obatan. Kalau terjadi keguguran dan
ketidaknormalan pada bayi ibu merasa takut berlebihan, panik, gelisah dan
sebagainya.
d.
Kemandulan
Pengalaman membuktikan
bahwa ketakutan serta kecemasan yang berkaitan dengan fungsi reproduksi akan menimbulkan
dampak yang merintangi tercapainya orgasme pada coitus. Pendapat yang keliru
tentang reproduksi akan diinternalisasikan (dicernakan dalam pribadinya) oleh
wanita yang bersangkutan dan lambat laun akan menjadi pengaruh psikis. Pengaruh
psikisnya adalah:
1) Ketakutan-ketakutan yang tidak disadari
(dibawah alam sadar)
2) Ketakutan yang bersifat inflantile
(kekanak-kanakan)
e.
Hamil diluar nikah
Kehamilan diluar nikah
biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang diakibatkan oleh didikan
keluarga berupa:
1) Kurangnya kasih sayang yang diberikan
oleh keluarga terhadap anak perempuannya akibat orang tua sibuk kerja,
perceraian dan broken home.
2) Keluarga yang terlalu disiplin sehingga
anak tersebut memberontak untuk menunjukan kedewasaannya.
Reaksi wanita yang
hamil diluar nikah dapat terjadi:
1) Melarikan dari tanggung jawab, melakukan
abortus, membuang anaknya, menitipkan ke orang lain atau panti asuhan.
2) Berusaha melakukan aborsi dan bunuh
duri.
3) Melakukan pekerjaan menjadi seorang ibu
walau dengan keterpaksaan atau sukarela dan akhirnya dapat menerima anaknya.
f.
Pseudosiesis
Pseudosiesis adalah
kehamilan imaginer atau palsu. Gejala kehamilan palsu ini secara psikis lebih
berat gangguannya daripada peristiwa abortus.
Pada kehamilan
Pseudosiesis secara psikologis ada sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya
yaitu ingin sekali menjadi hamil, sekaligus dibarengi ketakutan untuk
mereakisir keinginan punya anak, sehingga terjadi proses inhibisi.
g.
Keguguran
Reaksi wanita terhadap
keguguran kandungannya itu sangat tergantung pada konstitusi psikisnya sendiri.
Maka tak bisa dipungkiri, bahwa janin atau bayi yang dikandungnya itu dirasakan
sebagai bagian dari jasmani dan rohaninya sendiri. Dan berkepentingan terhadap
ego wanita yang mengandung embrio tersebut.
1) Faktor penyebab terletak pada psikis dan
jiwa
2) Wanita hamil yang bersangkutan, mencari
bantuan pada faktor tersebut, melakukan abortus secara tidak sadar. Semua
peristiwa berlangsung di luar kemauan sendiri, didorong oleh harapan yang tidak
disadari.
4.
Gangguan Psikologi pada Persalinan
Pada
saat menjelang proses persalinan seorang wanita akan mengalami perasaan yang
bercampur baur. Perasaan bahagia penuh harapan diselingi gelisah, takut dan
ngeri pada proses persalinan. Ada perasaan kuat dan berani mengambil resiko
tapi disisi lain juga merasa lemah dan pasrah. Ada keyakinan kuat akan
melampaui semuanya dengan baik tetapi juga ada keraguan. Semua itu akan semakin
dirasakan mendekati kelahiran bayinya. Hal-hal yang menyebabkan seorang wanita
gelisah dan takut menghadapi proses persalinan diantaranya:
a. Trauma
b. Ada perasaan takut mati
c. Rasa bersalah
d. Takut bayi mendapat kelainan misal cacat
bawaan
e. Takut kehilangan bayi yang sudah ada di
kandungannya berbulan-bulan.
Untuk
mengurangi kegelisahan dan ketakutan diperlukan dukungan mental dari lingkungan
baik dari tenaga kesehatan atau dari keluarga dan suami.oleh sebab itu banyak
wanita merasa lebih trengang ketika ada keluarga yang mendampingi terutama
suami atau ibunya (nenek si bayi). Peran pendamping akan sangat penting bagi
kondisi psikis wanita. Pendamping persalinan akan sangat mendukung mental ibu
sehingga dapat membantu tenaga kesehatan saat bp;roses persalinan. Tugas tenaga
kesehatan dalam hal dukungan psikis dapat digantikan oleh suami atau keluarga
lain sehingga tenaga kesehatan tinggal mengarahkan saja apa yang harus
dilakukan.
5.
Gangguan Psikologis Masa Nifas
Gangguan
yang sering terjadi pada masa nifas dapat berupa gangguan psikologis seperti
post partum blues, post partum syndrome (PPS), depresi post partum dan post
partum psikosis.
a. Baby Blue (Post Partum Blues)
Merupakan kesedihan
atau kemurungan setelah melahirkan. Biasanya hanya muncul sementara waktu yakni
sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan
gejala-gejala sebagai berikut:
1) Cemas tanpa sebab
2) Menangis tanpa sebab
3) Tidak sabar
4) Tidak percaya diri
5) Sensitif
6) Mudah tersinggung
7) Merasa kurang menyayangi bayinya
Cara mengatasi:
1) Dengan cara pendekatan komunikasi
teraupetik
2) Dengan cara peningkatan support
mental/dukungan keluarga
b. Kebutuhan Wanita dalam Nifas
1) Dukungan
a) Untuk masalah yang sudah nyata dan
mencurigai
b) Emosional tugas-tugas dirumah agar ibu
lebih banyak waktu mengasuh bayinya
2) Informasi yang dibutuhkan adalah:
Pengasuk anak dan
pemberian ASI, juga perubahan fisik, tanda infeksi, asuhan bagi diri sendiri,
penyembuhan, kehidupan seksual, kontrasepsi, dan gizi.
3) Mengatasi rasa takut
Mengatasi rasa
ketidakmampuan serta rasa kehilangan hubungan yang erat dengan suaminya
tanggung jawab yang terus menerus untuk mengasuh bayinya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa dewasa adalah masa yang sangat
panjang (20 – 40 tahun), dimana sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia
ini. Masa ini adalah peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan
menuju masa dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase
dewasa akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga
masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam
masa penitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana
kematangan emosi memegang peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini,
harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga,
masalah pekerjaan, pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga
masyarakat, pemimpin, suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
artikelnya bagus, hanya saja kurang daftar pustaka mengurangi validitas dari isi artikelnya
BalasHapus^^
AGEN JUAL HAMMER OF THOR ASLI
BalasHapusOBAT PEMBESAR PENIS HERBAL ALAMI TERBARU
REAKSI CEPAT DAN AKURAT HASIL PERMANEN
HANYA KONSUMSI 1 BULAN UKURAN PENIS LANGSUNG BESAR DAN PANJANG
MILIKI PANJANG PENIS 17CM - 21CM SEKARANG JUGA
JAMINAN PRODUK AMAN TANPA EFEK SAMPING, BUKTIKAN !!!!!!
HARGA PROMO HAMMER OF THOR ASLI RP.550RB.
INFO PEMESANAN HUB :
TLP/SMS/WA : 0812 2535 7557
PIN BBM : 794A 8B53
KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI :
www.vigrxplusasli.net
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/vipdominio-cerita-lucu.html
BalasHapushttp://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/menanti-status-buron-rizieq-shihab.html
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/marawi-sudah-direbut-parlemen.html
http://beritapolitikterkini1945.blogspot.com/2017/05/kim-jong-un-janjikan-hadiah-untuk-as.html
bagus sekali dan sagat bermanfaat
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fhttp%253A%252F%252Fblog.binadarma.ac.id%252Fherisuroyo%252F.wordpress.com%20.wordpress.com
Bagus sekali dan menarik, kunjungi kami ya untuk kesehatan seputar kewanitaan...
BalasHapus